Bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Pusat Rekayasa Katalisis, Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil mengembangkan unit percontohan produksi bensin biohidrokarbon dengan bahan baku dasar minyak kelapa sawit.
Ujioba Bensa (Bensin Sawit) terhadap kendaraan roda dua dan roda empat mendapati, Bensa dapat bekerja dengan baik sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Ujicoba tersebut dilaksanakan pada pekan lalu di Workshop PT Pura Engineering, Kudus, Jawa Tengah.
Anggota tim Katalis Merah Putih dari KK Teknologi Reaksi Kimia dan Katalis-FTI, Melia Laniwati Gunawan mengatakan berdasarkan instruksi dari Presiden Joko Widodo, Indonesia harus mengolah minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) terlebih dahulu sebelum diekspor karena produksi melimpah.
Indonesia sendiri merupakan negara penghasil sawit terbesar di dunia yang saat ini memproduksi 49 juta ton CPO/tahun, dan pada saat yang sama Indonesia adalah negara perngimpor bahan bakar bensin terbesar kedua di dunia, sehingga sangat berkepentingan untuk mengembangkan teknologi produksi bensin sawit.
“Untuk itu kami mencoba mengolah CPO menjadi IVO. Unit demo dengan skala 6-7 ton per jam telah dibangun dan saat ini ditempatkan di Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA), Sumatera Selatan” ujar Melia seperti dilansir dari laman ITB.
Bensa dengan RON 93
Kini, ITB bekerja sama dengan PT Energy Management Indonesia sedang melakukan perancangan konseptual pabrik bensin sawit berkapasitas 50.000 ton/tahun.
Unit produksi ini dapat dikembangkan sebagai unit produksi yang dapat dibangun secara mandiri di sentra-sentra sawit yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia.
Unit percontohan Bensa mengkonversi minyak sawit industrial (industrial vegetable oil, IVO) menjadi bensin sawit melalui proses perengkahan yang dikembangkan oleh Pusat Rekayasa Katalisis ITB (PRK ITB), Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalis ITB (LTRKK ITB), Program studi Teknik Bioenergi dan Kemurgi (TBE) yang dipimpin oleh Prof. Dr. Subagjo.
Proses konversi IVO menjadi bensin sawit dilaksanakan dalam reaktor menggunakan katalis berbasis zeolit yang juga dikembangkan oleh PRK ITB dan LTRKK ITB.
IVO, kata dia, dipakai sebagai bahan baku untuk membuat Bensa di unit percontohan produksi bensa. Sementara konversi IVO menjadi bensin membutuhkan katalisator, sehingga perlu reaktor yang memproduksi katalis. “Dengan dana dari BPDPKS kita juga membuat set unit reaktor untuk memproduksi katalisnya. Pabrik Katalis dengan skala 40-50 kg per batch ditempatkan di Kampus ITB Ganesa ,” ujar Melia.
Formula dan prosedur pembuatan katalis merupakan hasil penelitian Pusat Rekayasa Katalisis Institut Teknologi Bandung.
Bensin dari sawit ini memiliki nilai Research Octane Number, RON 105-112, artinya sangat tinggi. Maka, dijelaskan Melia, produknya bisa dicampur dengan nafta yang dihasilkan dari minyak fosil. “Nafta punya bilangan oktan 70-80. Sehingga apabila dicampur dengan perbandingan tertentu kita bisa dapat Bensa dengan RON 93, itu yang kita demokan di Workshop,” ujarnya.
Atas keberhasilan demo dan uji coba Bensa tersebut, Melia mengatakan ke depannya akan dilakukan optimasi kapasitas produksi dan reaktornya, kemudian pihaknya akan membuat detail engineering design (DED). “Kita berharap unit produksi ini bisa ditempatkan di perkebunan kelapa sawit para petani, sehingga kebutuhan bensin mereka bisa menggunakan bensa. Dengan cara seperti ini, maka akan meringankan pemerintah (Pertamina) untuk memasok bahan bakar sampai ke pelosok,” jelasnya.
“Pemerintah selama ini impor minyak mentah dan juga mengimpor bahan bakar yang sudah jadi. Harapannya apabila kita bisa mengubah sawit menjadi bensa, impor tersebut akan berkurang,” imbuh Melia.
KOMPAS
0 Comments