Perselisihan antara Elon Musk dan Twitter rupanya belum berakhir, meskipun pihak Musk mengungkapkan kembali potensi pengambilalihan.
Belum lama ini, tim hukum CEO Tesla dan SpaceX itu mengklaim Twitter memerintahkan mantan eksekutif yang juga whistleblower bagi perusahaan, Peiter "Mudge" Zatko untuk menghancurkan bukti terkait lemahnya keamanan perusahaan.
Tim hukum Musk menuduh Twitter membuat kesepakatan dengan Zatko sebagai bagian dari syarat pesangon USD7,8 juta yang ia terima. Dalam laporann, Zatko disebutkan harus memusnahkan semua dokumen miliknya berisi informasi Twitter, agar menerima pesangonnya.
"Twitter menegosiasikan 'paket pesangon' yang unik dengan Tuan Zatko pada Juni 2022 yang jelas dimaksudkan untuk membuat Tuan Zatko diam dan mencegahnya menyampaikan pengungkapan pelapornya," kata salah satu pengacara Musk dalam pengajuan pengadilan, dikutip dari Independent (12/10).
Pengacara Musk juga mengklaim instruksi ini dilakukan untuk mengembalikan atau memusnahkan dokumen agar menghilangkan bukti penting dari terdakwa.
Dugaan penghancuran bukti yang "relevan dengan kasus ini" diklaim ilegal, berdasarkan Perintah Persetujuan Komisi Perdagangan Federal 2011 terhadap Twitter.
Seperti diketahui, sebelumnya Zatko mengklaim tentang masalah keamanan di Twitter. Ini menjadi pusat pertempuran hukum dan alasan Musk mundur dari kesepakatannya untuk membeli Twitter seharga USD44 miliar.
Tetapi, Twitter mengatakan telah memecat Zatko karena kinerjanya yang buruk dan mengatakan bahwa klaim Zatko menciptakan "narasi palsu" tentang Twitter, serta praktik privasi dan keamanan datanya.
0 Comments